Tuesday, March 15, 2016

Rasa Syukur

Kalau diibaratkan sebuah rumah, maka blog ini catnya sudah pada luntur dan harus dipoles kembali. Kemarin-kemarin saya sempat galau mau menjadikan blog ini sebagai travel blog atau blog tentang kisah kehidupan pribadi saya. Tapi semenjak kamera saya hilang saat perjalanan dari Singapore ke Malaysia tanggal 15 Oktober 2015 lalu, keinginan untuk jadi travel blogger pun saya urungkan. Despites all that, saya sebetulnya masih aktif menulis tentang pengalaman travelling saya melalui Instagram dengan share foto seadanya (diambil dari kamera handphone). I found that Instagram is a cool media to post about it btw.

Oh iya, tujuan saya menulis malam ini bukan untuk share pengalaman travelling. Many things have changed in almost 2 years, including my age, life status, occupation, and also my mindset. I feel so grateful tho. 2015 lalu adalah tahun terberat buat saya, tapi tahun itu adalah tahun yang membuat saya banyak belajar dan bersyukur. For those who knew my Instagram account mungkin ada yang baca status saya mengenai review tahun lalu.

2015 has been a crappy year for me big deal. In fact, it has brought me enormous lessons to learn. I have traveled around my mood swings, terrible self crisis, drastic weightloss, broken hearts, gadget lost, and them all has been truly hurting me. Despites all that I also have managed to travel around new places and countries, making new friends, brave enough to dig a start up business, graduating from No. 1 University in Malaysia, fell in love (but fail again, lol), and so on. Still, I am on my way to search for my own chill

I realize that there are many things that wanna stop me from doing right things. I also realize that somehow I am not able to fit in an unpleasant place called home. My confidence belongs to other place where people are more appreciative than here. Should I run away or continue to be unhappy but struggling to make changes for others? It's still a question tho. Life means discovering


I am really thankful for my past. Jatohnya, saya sekarang tahu kalau Lenka memang benar, "Trouble is a friend". Setiap kali saya dihadapkan sebuah masalah, dulunya saya selalu bertanya, "Why God? Why Me?". Tapi luckily masalah-masalah di masa lalu mengajarkan saya untuk bermental lebih dewasa saat menghadapi masalah, hingga saya selalu bertanya,"What such of kindness and surprises are you preparing for me, God? Pelajaran apa yang mau Kau ajarkan untukku, Dear Allah?". Jadi kalau dulunya uring-uringan karena kesal saat ada masalah, sekarang uring-uringannya lebih kepada penasaran ingin segera mencari jawaban atau hikmah yang bisa saya ambil. I don't know if it's a good way to overcome an issue or not, but it works for me. Alhamdulilah.

-----

Meanwhile, malam ini saya sempat mengobrol lewat telepon dengan seorang sahabat. Darinya saya belajar banyak hal, terutama tentang bagaimana kita seharusnya menghargai proses sebuah hidup dengan cara bersyukur. In his opinion, syukur itu bervariasi dan tidak punya tolak ukur penilaian. Tiap orang pasti punya hal tertentu dalam hidupnya yang membuatnya bersyukur, Rasa syukur orang yang lulus suatu tes beda dengan rasa syukur seorang guru yang mengajar bahasa Inggris di sebuah pesantren kecil. I agree that everyone has their own standard of success and happiness. Tentunya standard itu didukung oleh latar belakang masing-masing pribadi tersebut. Makanya syukur itu bervariasi. Ah, saya suka pembicaraan seperti ini. Dan saya bersyukur punya partner ngobrol seasyik sahabat saya ini.

Belum lama kami berkenalan, namun lagi-lagi saya bersyukur karena mengenalnya di saat masa sulit kami di tahun lalu. Jadi ketika kami saling mengabari kabar gembira, kami saling berbahagia (dan juga kembali bersyukur). Mungkin ini adalah result dari penghargaan kami tentang proses hidup. Kami sering flash back tentang apa yang telah terjadi di masa lampau, betapa kadang kami merasa tidak beruntung tidak bisa mewujudkan mimpi kami. Namun sepertinya kami adalah orang-orang pilihan (dan sangat beruntung) untuk mendapatkan masalah yang kami alami tersebut.

-----

Saya sering cengeng kalau tiba-tiba ingat masa lalu yang sangat susah. Kalau lagi "in the mood" saya bisa nangis haru di mana saja kalau ingat perjuangan jaman dulu, mau itu di WC ataupun di atas motor, LOL. Biarlah itu wujud syukur saya dalam menghargai masa lalu dengan rasa haru atas hasil yang saya terima sekarang.

Saya tipe pembalas dendam sebetulnya. Agak salah sih kalau yang satu ini, tapi versi motivasi saya lain agaknya. Jadi ya, ketika saya gagal atau tidak mampu dalam satu hal, saya sering bilang,"Suatu hari nanti saya akan membalas kekalahan saya ini" atau yang paling sering saya latih sekarang adalah "Saat ini saya punya banyak ketidakmampuan dan sering dibantu orang, saya harus balas kebaikan orang ini di masa mendatang (sambil doa, hehe)". Ada beberapa pembalasan dendam yang terealisasi, ada juga yang tidak. Yah, maybe I should fix my intention-maklum, diri ini tiada sempurna. Untuk bagian membantu orang, sampai  saat ini saya merasa belum mampu membalas kebaikan mereka. Tapi ni jadi trigger besar supaya saya mesti  bisa sukses di masa depan, aamiin.

Maafkan jika potingan ini terlalu "heavy" dan berbelat-belit. Cara kerja otak saya memang membingungkan, makanya saya sering ling-lung hehe.

Banyak hal yang terlalu menyakitkan di masa lalu yang ternyata mulai saya petik keindahan hikmahnya sekarang. Dan keindahan ini adalah amanah, tapi bisa juga jadi cobaan kalau saya terlena dan lupa bersyukur.

Ya Allah terima kasih 
Atas masa-masa sulit yang Kau berikan
Waktu berpikir yang melelahkan
Penyakit yang Kau titipkan
Keresahan atas pencarian jawaban
Cibiran orang yang kadang menyakitkan
Kegagalan yang menakutkan

Ya Allah maafkan
Atas rasa syukurku yang selalu kurang
Putus asa yang selalu datang
Janjiku yang selalu lupa kubayarkan
Sesalku akan banyak keputusan
Keluhan yang banyaknya tidak karuan
Kebahagiaan yang sering kulupakan
Kesombongan yang memuncak tak berlawan


Ada kisah yang tak sederhana di balik foto di atas, mulai dari tempat diambilnya, suasananya, orang yang mengambil fotonya, kamera yang tergantung di leher saya (yang sudah tiada), ransel (yang juga hilang, oke ini harus move on LOL), hingga jaket yang saya kenakan. Semuanya membuat saya bersyukur (sangat mendalam). Tahun ini di tanggal yang sama dengan waktu foto ini diambil tahun lalu, mungkin saya akan punya cerita baru, teman, dan harapan baru. InsyaAllah.






No comments:

Post a Comment