Thursday, April 28, 2016

Kehilangan Barang saat Travelling

"Segala apapun yang ada di dunia ini hanyalah sementara dan merupakan titipan dari yang Maha Kuasa. Maka, jagalah titipan tersebut. Namun jika telah waktunya sang Maha Kuasa ingin mengambil kembali titipan itu, maka ikhlaskanlah."

Kalimat tersebut entah kenapa selalu terngiang-ngiang di kepala saya beberapa hari ini. Maybe it's a strong signal that I will loose something or someone. And yeah, it happened! AGAIN

Pada tanggal 15 Oktober 2015 lalu saya mendapatkan musibah yang lumayan berat namun ringan. Saya kehilangan sebuah ransel yang berisi laptop, kamera Nikon D 5100, passport, 2 buah handphone, dan perintilan lainnya yang lumayan penting seperti buku panduan hunting beasiswa dan kacamata (yang tanpanya semua objek di dunia ini tidak lagi tampak HD terutama umtuk seseorang bermata minus 5.00 seperti saya). In short, kehilangan itu terjadi di sebuah R n R (Rest and Relaxation) di area Negeri Sembilan, Malaysia. Saat itu saya sedang dalam perjalanan dari Singapore ke Kuala Lumpur dengan menggunakan bus. Kejadiannya lumayan cepat, saya meninggalkan tas tersebut di dalam bus karena harus ke kaunter handphone untuk memotong kartu provider Malaysia menjadi nano card. Asumsi saya tas tersebut akan aman-aman saja berada di sana (karena selama 5 tahun tinggal di Malaysia, saya tidak pernah kehilangan benda penting apapun). Saya cuma membawa handphone beserta dompet menuju kaunter tersebut. Sekembalinya ke bus, saya asyik online. Hingga satu jam kemudian, saat bus sudah meluncur menuju KL saya sadar bahwa tas saya hilang.

Sisa foto bersama ransel yang menyimpan banyak cerita

As a quite impulsive and expressive person, biasanya saya heboh. Tapi entah kenapa malam itu saya cuma bisa senyum-senyum tenang dan berpikiran positif kalau Tuhan akan membalas ini semua dengan kebaikan yang berlipat ganda kalau saya tidak banyak mengeluh dan terus tabah. Sampai-sampai Pak Polisi di Bangsar Police Station was looking at me with a pity and said,"Akak dah sholat ke belum? Surau ade kat atas.". Mungkin bapak itu tau kalau ketenangan batin yang paling mutlak adalah ketika saya mengembalikan semuanya kepada Tuhan.

Kenapa saya bilang itu termasuk ujian yang lumayan berat namun ringan? Berat karena saya punya banyak alasan untuk mengatakan itu berat. I was financially broke at that time because I was just developing my start-up business, laptop and camera are crucial gadgets that I always use in that business, and many other complicated reasons. Tetapi di atas semua cobaan itu, saya sadar bahwa sebetulnya ini adalah salah satu "kehilangan teringan" yang pernah saya alami. Ada yang aneh ketika saya tidak sedih berlebihan dan move on dengan saat cepat, mungkin karena aslinya saya orang yang lumayan emosional. Tadinya saya berpikir, apa iman saya lagi kuat? LOL. Yang saya expose saat itu bukanlah poin-poin material yang equal dengan kerugian besar, namun solusi dan perilaku apa yang harus saya ambil setelah itu. Di situ saya melihat kualitas baru yang bermunculan dalam diri saya. So, instead of being all sad and grumpy, I became more grateful, optimistic, evaluative and extra careful.

------

Perhaps, my extra carefulness is not yet matured. On 27 April 2016, saya kembali kehilangan sebuah handphone yang umurnya belum genap 1 tahun. Lagi-lagi kehati-hatian saya diuji saat sedang travelling. Di Botani Square Bogor saya yang susah lepas dari handphone tidak biasanya menaruhnya di sudut toilet. Waktu itu memang agak rieweh karena celana saya tidak memiliki kantong dan saya malas menaruh handphone tersebut ke dalam ransel. Kurang dari 5 menit setelah keluar dari toilet saya baru tersadar bahwa handphone saya tertinggal di sana. Dari situ saya sudah mencamkan dalam hati untuk ikhlas walaupun saya masih berusaha mencarinya dengan melihat record CCTV yang ada di mall tersebut. Ingin marah? Panik? Hm, I was,. Tapi lebih panikan teman saya yang heboh mondar-mandir mencari bantuan dan menanyakan if I am OK.

Ini bukan soal materi, karena kalau soal materi saya akan menangis siang malam sebab saya juga tidak punya banyak uang untuk membeli handphone baru. Setiap barang saya hilang, yang sebetulnya membuat saya merasa "lost" adalah memori berharga dengan barang tersebut, kegunaannya dalam membantu pekerjaan sehari-hari, hingga files yang tidak bisa saya miliki kembali. Karena jikalau gadget-nya yang hilang (walaupun bernilai cukup mahal), bisa dibeli kembali kalau ada rezeki. But we can't buy beautiful memories.

------

Sungguh banyak pelajaran yang saya ambil dari peristiwa ini. Dan ada beberapa hal yang ingin saya share dengan teman semua.

Setiap orang di dunia ini pasti punya sisi baik, but THEY NEED MONEY
Sometimes I have this silly thought that maybe by letting go the stolen belongings, I am actually transferring my "wealth" to the people who need it. Even though I know that stealing is never be a good excuse to "get rich". Tapi mungkin saya kurang bersedekah, dan pencurinya perlu uang. Di atas itu semua saya berdoa semoga baik saya dan pencuri barang-barang saya disejahterakan rezekinya oleh Tuhan. Aamiin. Tapi perlu diingat bahwa segala sesuatu yang dititipkan Tuhan untuk kita adalah hadiah yang berharga, maka berwaspadalah dan jagalah dengan sebaik mungkin. Jadi bukan berarti kita mesti pasrah-pasrah saja ya kalau terkena musibah :)

Travelling yang simple-simple saja, jangan rieweh
Karena saya selalu kehilangan barang saat travelling, saya nampaknya memang harus meminimalisir barang bawaan di ransel dan lebih berhati-hati dalam menjaganya. Sebetulnya saya lumayan simple dalam ber-traveling seperti dengan beralas kaki santai (sandal gunung) dan berpakaian serta berjilbab simple (tidak banyak peniti). Namun sepertinya saya mesti lebih banyak mengevaluasi barang yang saya bawa dengan apa yang dibutuhkan. Misalkan, sebagai orang yang hobby melukis saya selalu membawa sketchbook yang ukurannya lumayan besar, mungkin hendaknya saya membawa yang kecil saja. Selain itu kalau takut bau badan sebaiknya cukup membawa botol minyak wangi berukuran minimalis. Untuk urusan gadget, kita bisa men-charge baterai handphone/kamera dengan maksimal sebelum jalan-jalan dan tidak memakainya secara berlebihan agar tidak perlu membawa charger atau power bank yang kabelnya sering melintir ke sana-sini. Untuk yang hobby photography mungkin bisa mulai memilih photography device yang lebih nyaman dibawa misalnya dengan membawa kamera pocket instead of DLSR yang relatif lebih berat.

AGAIN, BE CAREFUL!
Travelling adalah hal yang menyenangkan walau kadang memang melelahkan. Tapi jangan sampai kelelahan membuat kita lengah. Ibu saya selalu menasehati saya untuk selalu mengecek barang bawaan saya kemanapun saya pergi. Meletakkan mereka di tempat yang mudah dijangkau adalah pilihan yang tepat terutama saat bepergian sendiri. Jika memang ingin menitipkannya kepada orang lain, maka titiplah kepada orang yang terpercaya atau tempat penitipan yang dirasa credible.
Untuk barang yang bersifat soft copy, kita bisa lebih berhati-hati dengan rajin mem-back up data-data penting tersebut ke tempat yang lebih aman seperti hard disc atau google drive dan drop box.

Everything happens for a greater reason, so STAY POSITIVE
"Ketika kehilangan dan diuji, apapun bentuknya, bersyukur dan ikhlas adalah cara tepat, terlebih lagi manfaatnya jiwa jadi tentram. Caranya? Ingat pesan Allah saja. 'Di balik kesusahan pasti ada kemudahan'. Dia tidak pernah mengingkari janji-Nya kepada kita, malah ditambah lagi, kalau kita bersyukur, nikmat kita akan ditambah
لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ  
Jadi? Tanya hati, nikmat Tuhan manakah yang kau dustai?"
Di atas adalah kutipan caption foto di instagram saya saat kehilangan tas Oktober 2015 lalu. Sahabat saya pernah bilang bahwa segala yang kita alami adalah part of the life cycle  yang no matter what harus harus tempuh. Kehilangan dalam apapun bentuknya adalah suatu latihan untuk menghadapi kehilangan-kehilangan yang lebih menyakitkan seperti kematian orang terdekat atau kehilangan harta yang lebih banyak jumlahnya. Semua yang diamanahkan kepada kita pada akhirnya akan kembali kepada-Nya, maka tidak layak kita senang berlebihan apalagi bersombong ria.

Di saat ujian melanda, artinya kita sedang diingatkan untuk mengenang hal-hal yang mungkin selama ini salah atau lupa kita lakukan. Oleh karena itu, bermuhasabah/self reflection adalah penting. Namun ujian bukan untuk melemahkan kita, karena pasti ada hal indah yang tersembunyi di dalamnya. Saat saya menceritakan berita kehilangan saya kepada teman-teman, mereka ikut mendoakan bahwa nantinya segala kesusahan akan dibalas dengan kemudahan. Dan saya percaya itu.

------

Cerita ini saya tuliskan dengan maksud menasehati diri saya sendiri. Sangat membahagiakan jika secara tidak langsung tulisan ini bisa memberikan manfaat bagi teman yang membacanya. Semoga kita semua menjadi orang yang amanah atas segala pemberian dari Tuhan. Aamiin





Tuesday, April 19, 2016

My Pursuit of Dreams

When I was small (even until my middle school time), I never knew what I wanted to be in the future. I never got to choose my favorite school. All I knew was that my mom's choice would always be the best choice for me. And yeah, that's true tho. If she didn't pick the best ones for me, I wouldn't experience studying at the best schools in my hometown. I kept being "dependent" until one day I faced a very difficult situation: family financial crisis that made me urgently choosing either to continue my study to degree level (but I have to get scholarship) or working as a low paid government officer. This tough dilemma made me wondering if only I had enough money to pay for my university tuition fee, it wouldn't be this hard. Therefore I prayed to God to make me a business woman one day. However, as I grow up I furnished this dream of mine to be "A generous business woman" (Aaamiin).



Things got better when I got scholarship to study in Malaysia, hence Mom could save money to concentrate on developing her business. Her tough life experience has been shaping her ideas about perfect profession. I think a lot of parents out there prefer their children to have a job which provides stable income, so does my Mom. She always wants me to become a loyal employer who has a stiff work schedule, like becoming a government officer. Pension fund is one of the greatest reason why she wants me to do so. Therefore, during my study she always reminded me about one thing, "I don't mind if you love drawing or singing and having fun treasuring on your hobbies. But I dislike the idea of you being an artist in the future."

Art took a special position in my life when I was studying my degree in Real Estate Management. During class projects, I did more designing stuffs than calculating the value of properties. I got involved in several art communities rather than browsing about current real estate issues in Malaysia. However I tried to maintain my academic performance. I also experienced doing my internship program in one of the most renowned real estate consultancy company in Malaysia. 

 My roles as  aproject director in ERTI was one of the most memorable moment in my life

Well, it's never easy for me to tell Mom about my own version of great profession. Every person defines success differently. In her opinion, being a millionaire and working in an office is a dream job. For me who prefer works in active mobility, sitting in front of PC is definitely a boring job. I feel more driven when I do something that requires me to move my body freely, think creatively, and meet a lot of new people. But one thing that is a bit impossible for me to realize is I don't want to be anybody's employee, I wanna be a leader. These got me a lot to think, like A LOT. LOL

After graduated from UM I came back to that long and quite stressful self talking (again). Perhaps, many of people in their 20's will know how it feels. Gosh, I swear I hate this period of contemplation. Believe or not, I lost almost 10 kg last year (Should I be happy? LOL). At that very moment I also "lost" some friends. They were not exactly gone, but they were also trying to discover their own path. No body would like to be bothered during this period.
I had several options back then; continuing my master study, working in Real Estate Company in Dubai (my dream place), or building my own company. Before I decided what to do, I must make sure that whatever my choice is, that will take me to a happy life journey. Also, whatever my future job is, I must give great impact to my society. 

Proceed My Master Study
In my opinion, decision can only be made when we are able to see a long term impact of that decision in our life and our capacity to strive for it. Master study is not my No. 1 dream because I am not an academic kinda person. And I believed that without master degree anyone can get a good job. But I think, if only my late dad didn't get his bachelor degree, I wouldn't be much empowered to get higher education qualification. I wanna be like him, I wanna be a good example for my kids too! Moreover, education is always the best long term investment. Therefore, the next step that I set in pursuing this dream is to GET SCHOLARSHIP.

Working in Real Estate Company in Dubai
A lecturer of mine once introduced me to this guy who works in one of Dubai's prestigious real estate company. I don't know why, but I have this unique feeling about this City that made me writing its name in my dream book. Real Estate business in Dubai is exceptionally incredible. I was thinking if perhaps my degree can help me to generate capital which I can use for future business in Indonesia. 

Building My Own Company

Okay, this is the most challenging life choice that I could ever take. I love challenges, BUT what kinda business could I run? I am just an ordinary fresh grad with no money. After finishing my internship program, I had nothing to do. So I received some orders from some friends who wants to make customized business card with portrait drawing. Then I continued to draw Bangka Belitung postcards and sold them at the souvenir shops. I enjoy this job more than doing real estate project LOL. To enhance my skill, I learned graphic design at the very first time by the help of a friend. I could make some money out of it. Amazingly I couldn't stop creatively thinking about the next product innovation that I could create. But you know what? Mom asked me,"Do you really wanna waste your degree?" And I was like *^%&*^*$%^%$#

God, am I doing the right thing? What dream should I pursue first and which dream offers bigger deal over others? Again, I'm confused. Perhaps, some other people have the same problem too: knowing their dreams, but don't know how to achieve them. What I did was listening to people's opinion. Some said that doing our most passionate things will make the greatest decision while others said oppositely. They gave me new helpful insights. Eventhough as the result I decided to do those 3 things at the same time hahaha.

It was like gambling, but I keep forward. I believe that the red line will definitely come out of these complicated life story. I applied scholarship for master degree to reach my dream as an educated Mom for my children and to become future empowering "teacher" for my society. I continue doing my start-up business called Cikart and alhamdulillah things get better (I could hire some people to help me doing this small business). On the other hand, I tried to look for job in real estate firms including the one in Dubai. The result (not really the final one) was extremely exciting. Maybe God slowly answers my prayer to become a generous business woman. He didn't make me an employee at any real estate firms. Despites with my Mom's help (who at first disagreed with my life choice) I could make Cikart slightly bigger than what I've imagined. And as a bonus, I was awarded a full scholarship for MSc. in Entrepreneurship, Innovation, and Management in Nottingham University. 

It's not the end of my dream achieving story, yet it is the very beginning. LIFE IS BEAUTIFUL, isn't it?