Sunday, February 5, 2017

Studi S2 (Part 3): Berburu Beasiswa LPDP (Seleksi Subtantif-Tes Wawancara)

Setelah beberapa waktu lalu rajin menulis soal pengalaman kuliah di luar negeri, alhamdulillah banyak respon positif yang saya terima. Tentu jadi kebahagiaan tersendiri bisa berkontribusi dalam kesuksesan orang lain. Saya jadi merasa segan dengan yang menanti-nanti tulisan terbaru saya, apalagi kemarin-kemarin sempat janji untuk rajin menulis hehe. So, here I am! Untuk tulisan kali ini, saya spesifikasikan soal pengalaman seleksi subtantif LPDP, terutama soal tes wawancara.

Tidak terasa sudah hampir setahun saya menerima kabar kelulusan beasiswa. Momen yang mengharukan bagi siapa saja yang menerima kabar gembira seperti ini. Semoga bagi yang sedang menanti, segera mendapatkan kabar gembira juga. Amin. Setelah diumumkan lulus tes administrasi (ceritanya bisa dibaca di sini), saya langsung menyusun strategi supaya bisa tampil prima saat tes subtantif. LPDP menyediakan beberapa lokasi tes yang bisa kita pilih. Saya sendiri memilih Jakarta sebagai lokasi tes karena mudah dijangkau dari Bangka. LPDP akan mengirimkan undangan seleksi bersama dengan jadwal dan lokasi tes. Lalu, bagaimana tipikal tes wawancara LPDP dan apa saja yang harus dipersiapkan? Berikut penjelasannya

Tes Wawancara
Tes yang satu ini biasanya yang paling bikin gundah gulana. Rasanya agak sulit untuk memberikan tips khusus dalam meleawati tes wawancara, karena sifatnya yang sangat personal. Tiap peserta tidak mendapatkan pertanyaan yang sama, bahkan interviewer-nya pun berbeda-beda. Sepengamatan saya, LPDP membagi beberapa meja wawancara sesuai dengan bidang perkuliahan yang akan diambil peserta. Interviewer terdiri atas 3 orang dengan latar belakang yang berbeda. Salah satu dari interviewer tersebut adalah psikolog, sedangkan yang lainnya adalah profesor atau dosen yang sudah lama berkecimpung di bidang masing-masing. Saya pada awalnya tidak menyadari yang mana psikolog dan akademisi. Tapi lama kelamaan saya tau dari pola pertanyaan mereka. Tugas mereka adalah mengorek sebanyak-banyaknya informasi tentang kepribadian kita, pendidikan, pengalaman, motivasi kuliah, dan hal lain yang berhubungan dengan beasiswa dan  latar belakang kita.

Durasi wawancara tiap peserta juga sangat bervariasi. Sesi wawancara saya cukup singkat (sekitar 15 menit) jika dibandingkan dengan peserta lain yang bisa sampai setengah jam ataupun lebih. Setelah keluar dari ruang wawancara, saya merasa aneh karena tidak selama yang lain, saya kuatir pewawancara tidak mengenal saya sepenuhnya hehe. Sebetulnya, lamanya wawancara somehow ditentukan oleh kita sendiri. Sejauh mana kita membatasi dan memberikan informasi kepada interviewer. Ada yang memberikan jawaban panjang lebar untuk pertanyaan yang sangat singkat, hingga membuat interviewer gesit menanyakan hal-hal di luar dugaan kita. Ada juga yang memberikan jawaban terlalu singkat sehingga kita tidak bisa memuaskan ekspektasi mereka. Very tricky right?

Ekspresi peserta setelah wawancara juga berbeda-beda. Ada yang tersenyum lebar karena merasa lega telah melakukan yang terbaik, ada juga yang menangis karena "terjebak perangkap" si penanya. Pihak LPDP tentunya ingin mengetahui seluk beluk peserta dari berbagai aspek termasuk psikologis. Tidak mungkin kita diterima kuliah ke luar negeri jika secara mental kita masih lemah, mudah terpengaruh dengan hal buruk, atau bahkan mengancam kerugian dari pihak LPDP. Oleh karena itu saat wawancara, kita dites betul-betul melalui pertanyaan-pertanyaan yang tanpa disadari membuat kita down. Hal sensitif seperti family issue dan kegagalan di masa lalu yang biasanya diangkat oleh interviewer. Tapi hal ini bisa disiasati lho. Menurut saya, kita harus membatasi interviewer menggali sisi sensitif kita dengan menceritakan hal-hal yang seperlunya saja, yang penting tetap jujur dan humble. Nggak perlu cengeng ya :D

Tidak hanya dari sisi psikologis yang diuji, interviewer biasanya membaca semua informasi yang telah kita kumpulkan saat seleksi administrasi. Oleh karena itu sangat penting untuk membaca ulang secara detail, apa saja yang telah kita tuliskan di sana. Persiapkan kemungkinan-kemungkinan pertanyaan yang akan ditanyakan interviewer seperti:
  1. Alasan kuliah
  2. Alasan ikut tes beasiswa LPDP
  3. Pilihan kampus dan jurusan, relevansinya dengan latar belakang S1
  4. Kalau mau lanjut kuliah di luar negeri, kenapa harus di negara tersebut
  5. Status Letter of Acceptance/LoA (sudah dapat LoA unconditional atau belum, kalau belum apa alasannya)
  6. Modul dan research apa yang akan diambil (dulu saya hapalkan satu-satu pilihan studi yang saya tulis di Study Plan)
  7. Apa saja yang sudah dipersiapkan untuk kampus tujuan (sudah korespondensi dengan calon dosen pembimbing atau belum)
  8. Kegiatan ekstrakulikuler apa saja yang akan dilakukan di luar kesibukan kuliah
  9. Ilmu apa yang mau dibawa pulang dan diaplikasikan di Indonesia
  10. Rencana pasca kuliah 
  11. Kontribusi apa saja yang sudah dilakukan yang berkaitan dengan bidang yang diambil
  12. Kesulitan apa yang kira-kira akan dihadapi saat menempuh studi, bagaimana cara mengatasinya
Di samping pertanyaan umum seperti di atas, kadang ada pertanyaan sampingan yang signifikan dan kadang juga ada yang agak nyeleneh, misalnya:
  1. IP kamu cuma segini, yakin bisa lulus?
  2. Kamu studi terus, kapan nikanya?
  3. Yakin akan kembali ke Indonesia setelah lulus? Kalau nanti nikah sama bule dan diminta stay di negara mereka gimana?
  4. Jurusan itu di Indonesia juga ada lho, kenapa harus kuliah di luar negeri?
  5. Sudah lama bekerja di perusahaan asing pasti gajinya gede ya, ga takut harus berhenti kerja hanya untuk kuliah lagi?
  6. (Bagi yang sudah berkeluarga) Nanti anak dan istri akan diajak juga?
  7. Apa rencanamu 10 tahun ke depan?
Jangan kuatir, yang saya tuliskan di atas bukan template pertanyaan yang selalu ditanyakan interviewer. Itu hanya berdasarkan pengalaman saya dan teman-teman saya yang menempuh proses seleksi wawancara. Bisa jadi teman-teman mendapatkan pertanyaan lain.  Beberapa dari interviewer bahkan sangat akrab dengan kampus dan negara tujuan kuliah kita, untuk mewaspadainya kita harus melakukan comprehensive research. Selain gesit mencari informasi, ada baiknya juga kita membawa bukti-bukti tertentu yang bisa meyakinkan mereka. Bisa berupa previous research and publication, print-screen email dengan calon dosen di universitas tujuan, informasi soal perkembangan LoA, dan lain-lain. Tujuannya adalah agar interviewer tahu that we are very determined to further our study.

In my case, saya membawa portfolio pekerjaan saya. Isinya dokumentasi bisnis, business profile, dan kegiatan sosial yang saya lakukan sebagai bentuk CSR bisnis yang saya geluti. Saya bahkan rela membawa langsung sample produk dan menceritakan fungsinya kepada lingkungan sosial. Saya juga menjelaskan kenapa belajar di UoN akan menambah ilmu saya di masa mendatang. Banyak yang juga menginginkan kuliah di jurusan wirausaha seperti saya namun belum pernah bergelut dalam bidang itu sehingga sulit bagi mereka untuk memperlihatkan bukti-bukti tersebut. Mungkin bisa disiasati dengan membuat simple business plan dan background research soal business tersebut (apakah feasible untuk diterapkan setelah lulus kuliah).

Hal yang paling ditakuti lainnya adalah soal bahasa yang digunakan saat wawancara. Saya tidak bisa memastikan apakah wawancara akan di-deliver dalam bahasa Indonesia atau English. Karena saya sendiri 100% ditanyakan menggunakan bahasa Indonesia. Walau saya juga menyisipkan berbahasa Inggris di tengah-tengah wawancara agar interviewer tahu kemampuan bahasa saya. Di kasus lain bahkan ada peserta yang ditanyakan menggunakan English dari awal hingga akhir wawancara, ada juga yang cuma sebagian. Interviewer biasanya akan mengecek hasil TOEFL atau IELTS yang kita sisipkan. Jika hasilnya kurang memuaskan, itu akan jadi bahan pertanyaan mereka. Then we should answer it smartly :)

Tes wawancara ini sangat berpengaruh dalam keseluruhan tes subtantif karena porsi penilaiannya yang tinggi dibandingkan dengan On The Spot Essay Writing dan Leaderless Group Discussion. Tapi jangan kuatir, selagi kita mempersiapkan dengan sebaik mungkin pasti akan dipermudah. Jangan lupa menjaga kesehatan sebelum "bertanding". Berpikiran tenang juga sangat membantu kita menjawab pertanyaan sang penanya. Be ready for any worst circumstances without too much worrying of how we are going to pass it. Lastly, jangan lupa untuk tetap rendah hati. Sebanyak apapun prestasi dan pengalaman yang kita punya, sehebat apapun rencana yang kita buat akan sia-sia kalau kita menunjukkan kesombongan di depan interviewer. Kita datang ke proses seleksi ini untuk "memohon" pihak LPDP membantu merealisasikan mimpi kita, so yeah better be humble. Jangan lupa berdoa juga ya :)

I don't have any photos related to the interview session. Instead, here is a current picture of me in Wollaton Hall and Deer Park, Nottingham. Musim dingin di sini sangat gloomy, matahari jarang tampak. Tapi kemarin langit sangat cerah, jadi saya keluar rumah untuk menikmati pemandangan di sana. Hope you enjoy the rest of my pictures below :)